Tradisi Megengan: Ritual Masyarakat Blitar Untuk Menyambut Bulan Ramadan

tradisi megengan atau punggahan di Blitar

RadarBlitar.com – Apabila Ramadhan sudah di depan mata. Masyarakat Blitar akan melakukan tradisi untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tradisi itu bernama Megengan atau Punggahan. Dalam melaksanakannya, ada beberapa kegiatan seperti berdoa bersama sampai berzairah ke makam keluarga.

Tradisi ini sudah turun temurun dan masih bertahan sampai saat ini. Lalu, apa sebenarnya tradisi megengan ini? Jika kamu penasaran. Yuk simak penjelasannya berikut ini.

Pengertian Megengan atau Punggahan

Megengan merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Blitar juga memiliki istilah lain untuk menyebut tradisi ini, yaitu punggahan. Istilah ini berasal dari kata unggah yang berarti naik. Jadi, maksudnya adalah masyarakat berdoa dan bersyukur karena mulau naik masuk ke bulan suci Ramadhan.

Kedua istilah ini mengandung maksud yang sama, yaitu peringatan bahwa akan masuk bulan Ramadhan sebentar lagi. Bulan suci ini merupakan bulan di mana seluruh umat Islam wajib menunaikan ibadah puasa.

Puasa adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum, serta tidak melakukan tindakan yang dapat membatalkan puasa. Tradisi ini merupakan ungkapan kebahagiaan dan syukur masyarakat Blitar karena masih memiliki kesempatan berpuasa di bulan Ramadhan tahun ini.

Kegiatan dalam Tradisi Megengan atau Punggahan

Umumnya, terdapat tiga bentuk kegiatan yang masyarakat laksanakan dalam tradisi ini, seperti ziarah ke makam leluhur untuk berdoa, doa bersama dengan membagikan makanan yang lengkap dengan kue apem sebagai simbol ungkapan permintaan maaf.

Dalam makanan yang saling mereka bagikan, terdapat juga nasi berserta lauk yang terdiri dari serundeng, mie, sambal goreng, dan ayam. Makanan tersebut telah tertata rapi di marang atau wakul plastik. Namun, saat ini, wakul plastik mulai tergantikan dengan kotak nasi karena lebih efisien dalam penggunaannya.

Selain itu, dalam berkembangnya waktu. Ada beberapa masyarakat Blitar yang bergeser mulai menggantikan nasi marangan ini menjadi membagikan sepaket bahan makanan mentah.

Mengenal Kue Apem Khas Megengan atau Punggahan

Dalam sebuah tradisi megengan atau punggahan yang masyarakat Blitar jalankan, kue apem merupakan salah satu makanan yang harus ada. Jajanan tradisional ini merupakan sajian wajib.

Perlu kamu ketahui bahwa nama apem ini berasal dari kata Bahasa Arab, yaitu affan atau afwan. Afwan memiliki makna maaf atau pengampunan. Oleh karena itu, masyarakat di Blitar menganggap apem adalah simbol sebagai permintaan maaf atau ampun kepada Allah SWT sebelum beribadah puasa di bulan suci Ramadhan.

Kue apem ini terbuat dari bahan dasar berupa tepung beras, tape singkong, santan, dan gula. Dalam pembuatan bisa menggunakan ragiĀ  untuk membuatnya lebih mengembang dan perlu semalaman untuk mendiamkannya agar hasilnya bagus.

Umumnya, masyarakat Blitar akan menggoreng dan mengukusnya dalam cetakan khusus. Menggoreng ini bukan berarti menggunakan banyak minyak, ya. Menggoreng apem hanya membutuhkan sedikit minyak saja untuk membantunya matang merata dan tidak lengket pada cetakan.

Biasanya, masyarakat mengukus kue apem bersamaan dengan menanak nasi sehingga pekerjaan lebih cepat.

Nah, itu tadi merupakan tradisi megengan atau pungguhan dari masyarakat Blitar untuk menyambut bulan Ramadhan. Apakah daerahmu juga memiliki tradisi khas untuk menyambut bulan puasa? Apapun tradisi yang sedang kita jalani. Hal yang paling penting adalah niat untuk saling memaafkan dengan sesama dan mohon ampunan pada Allah SWt dengan tulus.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Semoga kita mendapatkan keberkahan bulan suci Ramadhan.

Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *