Royal Golden Eagle Jadi Bukti Sukanto Tanoto Mampu Berbisnis di Industri Kehutanan di Indonesia

Toniy dot NetSukanto Tanoto adalah salah satu pebisnis sukses yang awalnya memang sama sekali tidak tahu menahu mengenai dunia bisnis, apalagi ia dulunya bercita – cita ingin menjadi seorang dokter. Namun karena ada beberapa masalah yang menipah hidupnya, hingga akhirnya ia harus menenggelamkan cita – citanya tersebut.

Kesuksesan yang didapatkan Sukanto Tanoto dalam mendirikan dan memimpin grup Royal Golden Eagle (RGE) ini memang tak main – main, bahkan sekarang ia sudah berhasil mempekerjakan karyawan lebih dari 60 orang karyawan, dan ia juga memiliki aset dengan total nilai yang luar biasa. Bisa dibilang, Royal Golden Eagle ini jadi bukti bahwa ia mampu berbisnis di industri kehutanan di Indonesia dengan baik. Mau tahu bukti nyata Sukanto Tanoto di RGE? Langsung saja simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

Royal Golden Eagle Jadi Bukti Sukanto Tanoto Mampu Berbisnis di Industri Kehutanan di Indonesia

Ya, Sukanto Tanoto memang sudah mempraktekkannya bersama grup Royal Golden Eagle (RGE). Melalui anak perusahaannya, yakni APRIL Sukanto memproduksi pulp and paper, bahan baku yang didapatkan dari perkebunannya sendiri yang dikelola dengan konsep terbarukan. Bahkan Sukanto Tanoto sudah memberhentikan suplai kayu dari hutan dengan nilai konservasi yang tinggi. Langkah yang diambilnya tersebut ternyata semakin membuat APRIL terus berkembang dengan pesatnya. Anak perusahaan Sukanto Tanoto ini jadi pemain besar di industri pulp and paper di dunia. Bayangkan saja, APRIL bisa produksi pulp sebanyak 2.8 juta ton per tahunnya. Sementara itu untuk paper atau keras, APRIL bisa membuat sekitaar 1.15 juta ton per tahun. 

Oleh sebab itu, ketegasan aturan pemerintah setempat di industri kehutanan penting peranannya. Mereka memang sudah seharusnya bisa jaga hutan sambil memanfaatkan hasilnya untuk kesejahteraan masyarakat. Keseimbangan jadi tantangan pemerintah saat ini, yakni antara lingkungan dengan lapangan pekerjaan dan ekonomi. Dan lagi – lagi Sukanto sudah mempraktekkannya pada Royal Golden Eagle dengan sangat baik. Kondisi yang terjadi di APRIL bisa jadi gambaran. Mereka bisa membagi area konsensinya secara seimbang, sehingga bisa dipergunakan untuk basis produksi, penghidupan masyarakat yang tinggal di area perusahaan, sekaligus kawasan konservasi. 

Sekadar informasi saja, bahwa APRIL tidak manfaatkan lahan konsensi seluas 1 juta hektar untuk keperluan produksi semua. Malah hanya separuhnya, atau sekitar 50% yang APRIL gunakan sebagai hutan tanaman industri. Sebanyak 23% lahan justru dibuka untuk masyarakat untuk dijadikan sebagai sumber penghidupan, dan sisanya lagi sekitar 27% digunakan untuk kawasan konservasi. Tetapi perusahaan yang dipimpin Sukanto Tanoto tersebut ternyata mampu menjaga proses produksinya dengan baik. Salah satu kunci utamanya adalah dengan pemanfaatan sains yang diterapkan dengan baik di dalamnya.

Atas dasar inilah, Sukanto menaruh perhatian yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu kehutanan yang ada di Indonesia. Ia sangat berharap sekali agar semakin banyak ilmuwan serta penelitian mengenai hutan di Indonesia. Sebagai pendorong agar harapannya terkabul, ia menggagas pendirian Tanoto Forestry Information Center, ini merupakan sebuah pusat penelitian dan informasi kehutanan yang ada dalam kompleks IPB. 

Lewat Tanoto Foundation, Sukanto Tanoto bekerjasama dengan IPB, sebab ia menilai bahwa IPB punya kemampuan serta pengalaman yang cukup panjang terhadap perkembangan ilmu kehutanan. Tanoto Foundation bahwa juga memberikan dana hibah Rp 8.5 miliar kepada IPB untuk pembangunan gedung TFIC tersebut. Hadirnya TFIC ini diharap akan tumbuh kerjasama dengan baik antara pelaku industri kehutanan dengan perguruan tinggi.

Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *