Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, tahun 2022 hingga awal Januari 2023 ini terdapat 109 anak yang mengalami obesitas. Anak yang mengalami obesitas itu berusia di bawah 19 tahun. Penyebab anak mengalami obesitas di Kabupaten Blitar yaitu kurang gerak dan pola makan yang tidak sehat. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, anak yang mengalami obesitas disebabkan karena pengaruh digitalisasi selama pandemi COVID-19 membuat anak menjadi berdiam diri di rumah dan malas berolahraga.
Selain itu, pola konsumsi makanan yang tidak sehat juga mendorong terjadinya obesitas anak di Kabupaten Blitar. Hampir semua anak yang mengalami obesitas telah mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food. Fast food atau Makanan cepat saji adalah makanan yang dapat diolah dan dihidangkan atau disajikan dengan cepat oleh pengusaha jasa boga, rumah makan, restoran serta biasanya makanan ini tinggi garam dan lemak serta rendah serat. Sedangkan junk food adalah istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat dan memiliki sedikit kandungan gizi .
Tingginya tingkat konsumsi makanan cepat saji dan junk food disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang konsumsi makanan sehat dikalangan orang tua serta pendapat orang tua bahwa makanan cepat saji lebih praktis untuk dikonsumsi. Makanan cepat saji yang sering dikonsumsi yaitu makanan yang mengandung pemanis buatan dan makanan berlemak.
Menurut Rokhmah (2019), masih terdapat kantin madrasah di Kabupaten Blitar yang menjual makanan berlemak yaitu gorengan. Hal yang sama juga ditemukan pada sekolah di Kabupaten Blitar.
Berdasarkan observasi ke beberapa sekolah di Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa masih terdapat makanan berlemak seperti gorengan dan minuman yang mengandung pemanis yaitu minuman manis dalam bentuk serbuk sachet maupun dalam kemasan (gelas atau botol) dengan berbagai rasa serta masih ada sekolah yang belum menyediakan menu makanan sayur dan buah di sekolah. Makanan berlemak dan minuman yang mengandung pemanis menjadi penyebab terjadinya obesitas.
Banyaknya jumlah anak yang mengalami obesitas menjadi kekhawatiran Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. Jika tidak teratasi, kegemukan bahkan obesitas pada anak akan berlanjut sampai dewasa (Arisman, 2009). Obesitas juga dapat menurunkan daya tahan tubuh (Ramayulis, 2016).
Dimana obesitas menjadi factor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes melitus di Kabupaten Blitar. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mengatakan bahwa saat ini banyak anak menderita hipertensi dan diabetes melitus serta telah menjalani cuci darah. Penyebab anak sudah menjalani cuci darah dikarenakan mengalami penyakit hipertensi dan diabetes melitus sejak dini.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017), obesitas juga merupakan factor risiko untuk terjadinya penyakit tidak menular seperti jantung iskemik, kanker, kematian mendadak sewaktu tidur (sleep apnue) serta perburukan penyakit lainnya.
Hal ini dapat berdampak pada peningkatan pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung oleh pemerintah. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan secara nasional, penyakit seperti jantung dan pembuluh darah, stroke, kanker, diabetes melitus, serta gagal ginjal tidak hanya menjadi menyebabkan angka kesakitan dan kematian terbanyak, tetapi juga menyebabkan beban pembiayaan kesehatan terbesar di Indonesia. Selama 2014 sampai 2020 biaya untuk pelayanan penyakit tidak menular sebesar Rp. 118,16 triliun atau meningkat 18% – 25% setiap tahun.
Obesitas pada anak dapat mempengaruhi aktivitas dan motivasi belajar anak seperti konsentrasi belajar menurun, mudah mengantuk, dan mengurangi tingkat keaktifan anak dalam kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar anak (Ulilalbab, et. al., 2017). Tak hanya itu, Obesitas juga akan berdampak terhadap tumbuh kembang anak itu sendiri (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Anak yang mengalami obesitas tentunya akan menghambat fisik motorik anak itu sendiri berupa kelainan tonus otot, mudah merasa capek, gerak menjadi tidak fleksibel, terhambat ketika ingin bangun dari duduk, karena hal inilah membuat anak obesitas tidak kuat melakukan aktivitas fisik motorik dalam jangka waktu yang lama, cenderung lambat dalam melakukan sesuatu, serta akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Zahari, et. al, 2022). Bahaya lainnya obesitas pada anak yaitu daya gangguan psikologis; gangguan seksual (Ramayulis, 2016). Oleh karena itu obesitas pada anak memerlukan perhatian yang serius dan penanganan sedini mungkin.
Dalam Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) terdapat pesan menekan angka obesitas dengan mengatur pola makan dan aktif bergerak. Mengatur pola makan melalui penerapan gizi seimbang yaitu mengkonsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur untuk mempertahankan berat badan normal. Aktif bergerak melalui melakukan aktivitas fisik maupun latihan fisik.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/ energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan isik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Sedangkan latihan fisik adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur, terencana dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Manfaat aktivitas fisik terhadap kesehatan seperti: (1) mencegah kematian dini; (2) mencegah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner, stroke, kanker, diabetes melitus type 2, osteoporosis dan depresi; (3) menurunkan risiko penyakit seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol darah tinggi; (4) meningkatkan kebugaran fisik dan kekuatan otot; (5) meningkatkan kapasitas fungsional (kemampuan melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari); (6) mengoptimalkan kesehatan mental dan fungsi kognitif; (7) mencegah trauma dan serangan jantung mendadak (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah Kementerian Kesehatan Tahun 2012 menjelaskan bahwa kesimpulan hasil penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala di sekolah termasuk hasil pemeriksaan status gizi disampaikan kepada orang tua dalam amplop tertutup melalui sekolah dengan ketentuan apabila didapatkan anak dengan status gizi gemuk atau obesitas maka dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Langkah-langkah kegiatan tata laksana anak status gizi kegemukan dan obesitas oleh Puskesmas sebagai berikut :
- Melakukan assesment (anamnesa riwayat penyakit dan penyakit keluarga, pengukuran antropomentri dan status gizi, pemeriksaan isik, laboratorium sederhana, anamnesa riwayat diet)
- Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami kegemukan dan obesitas dengan komorbiditas (hipertensi, diabetes melitus, sleep apnea, Blount disease dan lain-lain),
maka dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. - Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami kegemukan dan obesitas tanpa komorbiditas maka dapat dilakukan tatalaksana kegemukan dan obesitas di Puskesmas.
- Melakukan konseling gizi kepada anak dan keluarga agar melaksanakan pola hidup sehat selama 3 bulan.
- Lakukan evaluasi pada 3 bulan pertama.
- Bila berat badan anak turun atau tetap maka dianjurkan untuk meneruskan pola hidup sehat dan dilakukan evaluasi kembali setiap 3 bulan
- Bila berat badan anak naik, maka dilakukan kegiatan pengaturan berat badan yang terstruktur di puskesmas berupa:
- Menyusun menu diet khusus bersama- sama keluarga dibawah bimbingan ahli gizi disesuaikan dengan tingkatan obesitas anak. Prinsip diet adalah rendah energi dan protein sedang dengan mengutamakan protein bernilai biologis tinggi untuk menghindari kehilangan masa otot.
- Melakukan latihan fisik terprogram sesuai anjuran dokter dengan bimbingan guru /instruktur olahraga, orang tua / keluarga.
- Membuat catatan kegiatan harian yang berisi : asupan makan di rumah atau di luar rumah, aktivitas fisik, aktivitas nonton TV dan sejenisnya, bermain dan
lain-lain.
- Lakukan evaluasi setelah 3 bulan. Bila berat badan anak turun atau tetap maka dianjurkan untuk melanjutkan kegiatan pengaturan berat badan yang terstruktur. Bila berat badan anak naik atau ditemukan komorbiditas, maka harus dirujuk ke rumah sakit
Dalam tata laksana kasus kegemukan dan obesitas di Puskesmas diketahui bahwa evaluasi anak dengan status gizi kegemukan dan obesitas dilakukan setiap 3 bulan sekali. Dalam pedoman dijelaskan bahwa pihak sekolah/UKS bertugas memberikan dukungan dan motivasi agar anak melaksanakan pola hidup sehat sesuai anjuran dari puskesmas serta berusaha menyediakan lingkungan yang kondusif untuk anak.
Dimana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerja sama salah satunya yaitu sekolah/madrasah. Namun dalam pedoman belum menjelaskan bentuk kegiatan secara spesifik peran sekolah/UKS memberikan dukungan dan motivasi melaksanakan pola hidup sehat serta menyediakan lingkungan yang kondusif untuk anak dalam penanganan anak status gizi gemuk atau obesitas.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melakukan revitalisasi UKS melalui Kampanye Sekolah Sehat. Kemendikbudristek meluncurkan Kampanye Sekolah Sehat yang merupakan salah satu upaya untuk mendorong satuan pendidikan dalam meningkatkan optimalisasi pelaksanaan Program Trias UKS guna mewujudkan anak Indonesia yang sehat, kuat dan cerdas berkarakter dengan 3 fokus yaitu (01) Sehat Bergizi; (02) Sehat Fisik; dan (03) Sehat Imunisasi di satuan pendidikan. Dimana focus yang telah ditetapkan oleh Kemendikbudristek sejalan dengan Program Trias UKS. Namun dalam Pedoman Kampanye Sekolah Sehat belum menjelaskan secara detail berfokus pada penanganan obesitas pada anak.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Weihrauch-Blüher, et. al., (2018) menjelaskan bahwa pendidikan gizi dan peningkatan aktivitas fisik dapat menekan obesitas anak. Penelitian Ngadiarti et. al, 2021 menunjukkan pendampingan siswa selama 1 bulan pada kelompok siswa status gizi lebih dan obesitas dapat menurunkan prevalensi gizi lebih dan obesitas dengan mengendalikan asupan energi, lemak dan karbohidrat serta mampu meningkatkan aktivitas fisik siswa.
Smith, et. al., 2018 mengatakan bahwa membangun lingkungan yang meningkatkan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik serta kemudahan akses makanan sehat menjadi cara untuk menurunkan obesitas pada anak. Weihrauch-Blüher, et. al., (2018) menjelaskan bahwa penyediaan air minum gratis dapat mencegah terjadinya obesitas.
Penelitian Lakoro, et. al., (2013) menunjukkan bahwa semakin banyak anak mengkonsumsi air putih maka semakin sedikit mengkonsumsi minuman manis. Selain itu, konsumsi air putih 8 gelas atau lebih merupakan faktor protektif/pencegahan terhadap kejadian obesitas pada anak.
Oleh karena itu diperlukan keterlibatan berbagai pihak dalam penanganan obesitas pada anak usia sekolah, diantaranya dinas kesehatan, dinas pendidikan, kementerian agama, sekolah/madrasah, orang tua, dan anak dengan status gizi lebih. Dinas kesehatan dapat melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan, kementerian agama dalam penanganan obesitas anak. Selanjutnya dinas pendidikan dan kementerian agama memberikan instruksi kepada sekolah/madrasah, orang tua serta siswa untuk mendukung kegiatan penanganan obesitas anak.
Adanya kolaborasi dari berbagai pihak ini dapat mempercepat penanganan kasus obesitas pada anak di Kabupaten Blitar sehingga dapat menekan angka obesitas pada anak. Dalam mencapai tujuan tersebut alternatif solusi yang dapat diterapkan dalam penanganan obesitas anak di Kabupaten Blitar yaitu melalui Penerapan Sekolah Sehat Tangkas (Tanggap Obesitas).
Dimana Penerapan Sekolah Sehat Tangkas (Tanggap Obesitas) merupakan kolaborasi sebagai dukungan pihak dinas pendidikan dan kementerian agama melalui sekolah/madrasah terhadap tindak lanjut atau penanganan yang telah dilakukan oleh puskesmas kepada anak dengan status gizi obesitas.
Selain itu Penerapan Sekolah Sehat Tangkas (Tanggap Obesitas) melengkapi kegiatan rutin Sekolah Sehat dalam Trias UKS yang telah berjalan sehingga sekolah menjadi lebih tanggap terhadap permasalahan kesehatan anak khususnya obesitas dan anak dapat menjadi berprestasi dalam menjalankan kegiatan belajar di sekolah.
Penerapan Sekolah Sehat Tangkas (Tanggap Obesitas) untuk Pemantauan Pola Hidup Sehat Setiap Bulan kepada anak yang mengalami obesitas dan sedang dalam pemantauan oleh pihak puskesmas serta Penyediaan Lingkungan Kondusif dalam Penanganan Obesitas Anak oleh Pihak Sekolah/UKS.
Evaluasi kegiatan Sekolah Sehat Tangkas (Tanggap Obesitas) dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan setiap bulan oleh pihak sekolah/UKS. Rincian Kegiatan Sekolah Sehat Tangkas (Tanggap Obesitas) sebagai berikut.
- Edukasi makan bergizi seimbang dan pentingnya melakukan aktivitas fisik kepada siswa dan orang tua secara langsung maupun tidak langsung (misalnya pihak sekolah/UKS melakukan edukasi kepada orang tua melalui whatsapp atau menggunakan media lain).
- Pemantauan dan pencatatan makanan yang dikonsumsi dan aktivitas fisik yang dilakukan selama di sekolah.
- Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan setiap bulan oleh pihak sekolah/UKS. Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan setiap bulan dilaporkan kepada orang tua dan puskesmas.
- Pihak Sekolah/UKS mengingatkan siswa yang mengalami obesitas yang sedang dalam pemantauan puskesmas untuk kontrol ke puskesmas sebagai bentuk evaluasi pemantauan pada bulan ketiga dan kelipatannya.
- Pihak sekolah/UKS dapat membimbing siswa untuk menerapkan menu makan bergizi seimbang dan melakukan Latihan fisik sesuai dengan anjuran dokter.
- Penyediaan kantin sehat di sekolah yang menyediakan menu gizi seimbang termasuk sayur dan buah.
- Penyediaan sarana dan prasarana di sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas fisik.
- Penyediaan water fountain atau air minum (air putih) isi ulang gratis yang bisa diakses oleh siswa. Siswa membawa tempat minum dan bisa mengisi ulang air putih di sekolah.
—
Referensi
- Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
- BPJS Kesehatan. Info BPJS Kesehatan, Penyakit Katastropik Berbiaya Mahal Tetap Dijamin Program JKN-KIS : Media Info BPJS Kesehatan, Edisi 104. Jakarta : BPJS Kesehatan.
- https://beritajatim.com/pendidikan-kesehatan/kurang-gerak-ratusan-anak-di-kabupaten-blitar-alami-obesitas/
- Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
- Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
- Kementerian Kesehatan RI. 2017. Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. 2022. Revitalisasi UKS melalui Kampanye Sekolah Sehat. Jakarta : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. 2023. Pedoman Kampanyes Sekolah Sehat, Implementasi Sekolah Sehat melalui Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat imunisasi. Jakarta : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
- Lakoro, Y., Hadi, H., Julia, M. 2013. Pola konsumsi air, susu dan produk susu, serta minuman manis sebagai faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, 1(2): 102-109. https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/45/44 - Ngadiarti, I., Astuti, T., Rochani, A. S., Sitompul, M., & Jauhari, A. 2021. Literasi Program Pengendalian Obesitas Anak Sekolah Dasar di Jakarta Selatan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 27 (3):209-217
- Ramayulis, Rita. 2016. Atasi Obesitas pada anak dengan diet REST ala Rita Ramayulis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
- Rokhmah, U. N. 2019. Pelaksanaan Program Adiwiyata Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 13(1): 67-88.
- Smith, J. D., Fu, E., & Kobayashi, M. (2020). Prevention and Management of Childhood Obesity and its Psychological and Health Comorbidities. Annual Review of Clinical Psychology, 16: 351 – 378
- Ulilalbab, A., Anggraaeni, E., & Lestari, I. A. 2017. Obesitas Anak Usia Sekolah. Yogyakarta : Deepublish
- Weihrauch-Blüher, S., Kromeyer-Hauschild, K., Graf, C., Widhalm, K., Korsten-Reck, U., Jödicke, B., Markert, J., Müller, M. J., Moss, A., Wabitsch, M., Wiegand, S. 2018. Current guidelines for obesity prevention in childhood and adolescence. Obesity Facts, The European Journal of Obesity.;11(3):263–76.
- Zahari, Q. F., Prashanti, N. A. S., Salsabella, S., Jumiatmoko, Hafidah, R., & Nurjanah, N. E. 2022. Kemampuan Fisik Motorik Anak Usia Dini dengan Masalah Obesitas. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4): 2844-2851.
Penulis:
Dwi Okta Pangestika
(Mahasiswi Magister Perilaku dan Promosi Kesehatan (PPK), Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), Universitas Gadjah Mada)
Email: dwioktapangestika@mail.ugm.ac.id