RadarBlitar.com – Selain terkenal sebagai Bumi Bung Karno, Kota Blitar juga terkenal menjadi daerah penghasil kerajinan alat musik pukul, yakni Kendang Jimbe. Kendang Jimbe telah menjadi ikon Kota Blitar dalam bentuk kerajinan. Selain itu, Blitar juga mempunyai monumen ikonik yakni Taman Pecut.
Produksi Jimbe dari Kota Blitar ini telah masuk ke dalam Pasar Internasional, lho. Hal ini terbukti dengan adanya pengiriman Kendang Jimbe ke beberapa negara Asia seperti Cina.
Harapannya, hasil penjualan kendang ini dapat mendorong perkembangan dunia usaha, tidak hanya Kendang Jimbe tetapi produk unggul Kota Blitar lain.
Akan tetapi, produksi Kendang Jimbe tidak selalu berjalan lancar, apalagi saat masa pandemi. Salah satu pengerajin kendang dari Kelurahan Tanggung Kecamatan Sananwetan sempat mengalami tutup selama dua bulan.
Pengrajin bernama Muhammad Vicky mengaku bahwa produksi dan pengiriman sudah mulai normal lagi saat pandemi mulai mereda. Secara perlahan, ia sudah mampu memproduksi Kendang Jimbe dan mengirimnya ke beberapa wilayah baik di Indonesia maupun luar negeri.
Berdasarkan keterangan dari pria berumur 23 tahun tersebut, sebelum pandemi, dirinya bisa mengirim dua kontainer Kendang Jimbe ke China pada setiap bulannya. Namun, saat covid-19 melanda, pengirimannya berkurang menjadi satu kontainer pada satu bulan sampai dua bulan sekali.
Perlu kita ketahui, satu kontainer bisa memuat 3.600 Kendang Jimbe dengan berbagai ukuran sesuai pesanan. Meskipun belum sepenuhnya normal, tetapi dirinya tetap bersyukur karena masih bisa melakukan pengiriman kendang ke beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri.
Proses Pembuatan Kendang Jimbe
Proses dalam membuat Kendang Jimbe memang membutuhkan waktu yang lama. Hal itulah yang menyebabkan alat musik ini banyak peminatnya hingga manca negara. Tidak hanya itu, tampilannya juga menarik dan hasil suaranya merdu.
Vicky juga mengatakan bahwa Kendang Jimbe berasal dari kayu mahoni yang awalnya telah terpotong dan dibentuk pola kendang atau klowong. Kemudian, masuk tahap plitur dengan warna merah, putih, coklat, atau biru.
Selanjutnya, tahap penjemuran sampai kendang kering. Proses berikutnya adalah pemasangan kulit hewan ternak dan tali pada bagian atas kendang dengan memutar. Apabila semua tali telah terpasang, maka selanjutnya proses mengukir motif atau pengecatan bagian bawah kendang. Hal tersebut berguna agar tampilannya semakin cantik dan menarik.
Terdapat beberapa hal yang membedakan Kendang Jimbe pesanan dari negara Cina dengan pengiriman ke beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya bisa kita lihat dari ukuran kendang dan jenis tali yang mereka gunakan.
Vicky mengakui bahwa Kendang Jimbe yang menjadi pesanan negara Cina biasanya memiliki tinggi sekitar 40 cm, 50 cm, dan 60 cm. Selain itu, kendang tersebut memanfaatkan tali alpin.
Tentunya hal tersebut berbeda dengan Kendang Jimbe untuk pengiriman lokal seperti Malang, Kediri, dan Yogyakarta. Biasanya, ukuran kendang sekitar 20 cm, 25 cm, dan 30 cm, serta menggunakan tali sepatu.
Selain itu, hal yang membedakan antara Kendang Jimbe asal Kota Blitar dengan kendang produksi dari daerah lain adalah bentuk kendang yang memiliki lengkukan, sedangkan daerah lain cenderung berbentuk lonjong.
Sesuai informasi yang telah beredar, Kendang Jimbe khas Kota Blitar telah terkirim sampai ke negara Cina. Perlu kita tahu bahwa kendang yang mereka pesan berguna untuk pelajaran kesenian tradisional siswa di negara tersebut, lho.
Tidak hanya itu, produksi hanya Vicky lakukan sesuai dengan permintaan konsumen. Dirinya mengatakan bahwa tidak berani memproduksi secara berlebihan karena perputaran uang yang masih belum stabil.
Nah, itu dia ulasan tentang Kendang Jimbe asal Blitar yang sudah merambah pasar internasional. Jika berlibur ke sini, jangan lupa untuk mencoba jajanan es drop untuk menyegarkan hari, ya!